Setiap orang punya kisahnya masing-masing. Dalam kisahnya, ia harus
berjuang, berdiam dan menunggu pun juga adalah bagian dari perjuangan.
Menunggu. Itulah yang selama ini kulakukan, sebagai wujud dari perasaanku yang
entah mengapa masih ingin memperjuangkamu.
Aku tahu, setiap malamku selalu kuisi dengan kenangan dan ingatan.
Kenyataan yang kuterima, kutak ada disampingku, entah untuk menenangkan sedihku
dan merangkul kesepianku. Dengan sikapmu yang tidak peka seperti itu, mengapa
aku masih ingin memperjuangmu? Aku tak tahu, jadi jangan tanyakan padaku
mengapa aku juga bisa mencintaimu dengan cinta yang tak benar-benar kupahami.
Ketika suaramu mengalir di ujung telpon, ada perasaan rindu yang
tidak benar-benar aku ungkapkan. Rindu yang kudiamkan, terlalu sibuk dalam
penantian hingga berakhir pada air mata. Apakah kau tahu hal itu? Tentu tidak,
kau tidak memedulikanku sedalam aku memedulikanmu. Tak ada cinta di matamu,
sedalam cinta yang ku punya, aku masih ingin mempertahankan “kita” yang
sebenarnya membuahkan sakit bagiku.
Kekhawatiranku, yang tak pernah kuceritakan padamu, tentu tak
pernah kau pikirkan. Doaku yang kusebutkan tentu tak seperti doa yang selalu
kamu ucapkan. Perbedaan ini sungguh membuatku seakan tak mengerti apa-apa.
Ketakutanku membungkam segalanya. Apakah kamu pantas diperjuangkan sejauh ini?
Akankah kebersamaan kita punya akhir bahagia?
Aku takut… aku takut dengan banyak hal yang diam-diam menyerang
kita dari belakang. Kebersamaan kita, yang memang tak berjalan dengan mudah ini
cukup membuatku lelah. Aku ingin berhenti memperjuangkanm. Aku lelah dihantui
kabut hitam yang menodai pencarianku selama ini. Aku inginkan matahari, bukan
mendung seperti ini.
Dimana kamu ketika aku inginkan kamu disini? Kemana larinya kamu
ketika aku berjuang untuk satu-satunya mahluk yang ku piker bisa memberiku
kebahagiaan nyata? Sering kali kumaafkan ketidakhadiranmu, seringkali ku
maklumi kesalahanmu, dan selalu ku berikan senyum terbaik ketika sesungguhnya
aku ini menangis.
Ini semua perjuangku untuk mempertahanmu, apakah sudah cukup
menghilangkan ketidakpekaanmu? Inilah perjuangku, yang selama ini selalu kau
abaikan. Apakah hatimu sedikit tersentuh, hingga kau ingin datang membawaku
pulang?