“Ketika aku hanya menjadi
orang yang membahagiakanmu sementara
nikamati saja, karena suatu hari
kamu akan merindukan perhatian
yang lebih manis dari kekasihmu sekarang.” -@akhbrmrf
orang yang membahagiakanmu sementara
nikamati saja, karena suatu hari
kamu akan merindukan perhatian
yang lebih manis dari kekasihmu sekarang.” -@akhbrmrf
Semua orang di luar sana pasti sangat
ingin sekali berbahagia, apalagi bahagia dalam hubungan. Namun, dalam kisahnya
dia harus berjuang, berdiam, dan menunggu pun juga bagian dari kebahagian.
Berjuang, itulah yang selama ini kulakukan, sebagai wujud dari perasaanku yang
entah mengapa masih ingin memperjuangkanmu.
Setiap malamku selalu muncul dirimu
dalam pikiranku. Kenyataannya kau tak ada disampingku, entah untuk menenangkan
sedihku dan merangkul kesepianku. Dengan sikapmu yang amat cuek dan tak peduli
kepada diriku, mengapa aku masih memperjuangkanmu? Aku tak tahu, jadi jangan
tanyakan padaku mengapa aku juga bisa mencintaimu dengan cinta yang tak
benar-benar adil ini.
Pertama kali kita bertemu dan
setelah bertemu, ada rasa rindu yang tidak benar-benar aku ungkapkan. Rindu
yang kudiamkan, terlalu sibuk dalam penantian hingga berakhir pada air mata
yang sedu. Apakah kamu tahu hal itu? Tentu saja tidak, kau tidak memedulikanku
sedalam aku memedulikanmu. Tak ada cinta di matamu, sedalam cinta yang aku
punya, aku masih ingin mempertahankan “kita” yang sebenarnya membuahkan sakit
bagiku.
Jarak dan waktu yang membuatku
khawatir, kekhawatiran yang tak pernah ku ceritakan pada dirimu. Ku panjatkan
doa yang kusebutkan tentu tak seperti doa yang selalu kamu ucapkan. Keadaan ini
sungguh membuatku seakan tak mengerti apa-apa. Ketakutan semakin menghantuiku,
pertanyaan hati terus memojokkan diriku, apakah kamu masih pantas ku
perjuangkan sejauh ini? akankah kita mempunyai kebahagian tersediri?
Aku takut…. Aku takut dengan sifatmu
yang semakin cuek dan tidak peduli kepadaku, aku takut kamu menghianati
perjuangku, aku takut kamu menyimpan pria lain tanpa sepengetahuanku. Jika
kebersamaan kita tak berjalan mudah dan membuatku lelah. Aku minta untuk
mengakhiri ini semua, sebab hatiku tak sanggup lagi menampung rasa sakit yang
terus menerus. Aku ingin berhenti memperjuangkanmu, aku lelah dihantui dengan
kekhawatiran ini. Aku ingin pelangi yang cerah, bukan langit gelap seperti ini.
Kamu dimana ketika aku sedang
cinta-cintanya, sedang sayang-sayangnya? Kemana larinya kamu ketika aku sedang
mencintaimu disini sendirian? Seringkali ku maafkan kecerobohan dirimu,
seringkali kali ku maklumin kesalahan dirimu dan selalu ku berikan senyum
terbaik walaupun aku sedang menangis.
Semakin hari, semakin takut diriku
dengan semua sifatmu. Seolah-olah kamu mencintaiku, nyatanya dirimu hanya ingin
mempermainkan ku atau mungkin saja kamu hanya ingin menjadikan diriku sebagai
pelampiasan atas rasa sakit mu. Walaupun aku selalu berprasangka buruk pada mu,
sesekali ku mengingat kembali masa-masa kita pernah berdua dalam kebahagian
yang singkat itu.
Beri aku sinyal jika kau tak
benar-benar cinta kepadaku, agar aku bisa segara mengakhiri perjuangku ini.
jujur, aku semakin tak sanggup lagi menahan semuanya. Sudah cukup aku di permainkan
oleh para wanita-wanita yang tak mempunyai hati.
Dulu kau juga pernah mengatakan
padaku “Jalani saja dulu, kita bangun sama-sama kebahagian kita dan buktikan
kepada yang lain bahwa kita bisa membuat relationship goals” aku masih
mengingat baik-baik kata-kata itu.
Keberdaan kita yang sangat jauh
membuat hati ini takut. Aku yang di utara dan kamu yang di timur, dan kita
hanya bisa berkomunikasi melalu social media. Awalnya itu hanyalah hal biasa
bagiku, namun entah mengapa hal biasa itu berubah menjadi luar biasa bagiku.
Yang aku pikirkan saat ini hanyalah ketakutan, kekhawatiran, dan juga
kebingungan. Apakah kamu benar-benar menjaga perasaan ini dengan baik atau
tidak? Aku tak tahu, aku hanya bisa berdoa dan percaya dengan kata-kata manis
mu itu.