Satu rahasiaku yang mungkin saja kamu tak pernah tahu.
Atau, kamu memang tidak pernah peduli akan semua itu. Setelah patah hati, aku
harus melalui banyak hal untuk bisa berdiri kembali. Aku harus melalui
fase-fase sulit, ketika kenangan terasa begitu sakit. Semua hal yang kutemui
selalu saja mengingatkan padamu. Rasanya ingin berlari sejauh mungkin, tetapi
di tempat paling paling jauh pun tetap saja kamu yang kuingin. Ingatan itu
menggerogoti dadaku. Mengantarkan aku kepada perasaan paling pilu. Berat
rasanya menjalani semua itu sendiri. Namun, yang aku lakukan tetap mencoba mamapah
diri. Agar jatuhku tidak membuat rapuh yang membunuhku.
Setelah patah hati, begitu susah rasanya untuk bisa
tersenyum sendiri. Aku memilih melarikan diri pada hal-hal yang bukan aku. Aku
menangis sejadi-jadinya. Berharap dengan menangis perasaan luka itu lega.
Namun, yang terasa tetap saja sakitnya. Aku mencari kontak-kontak orang yang
bisa kuajak bicara di handphone-ku. Jahat memang, menjadikan orang lain sebagia
pelampiasan sedihku. Namun, hanya itu yang bisa kulakukan saat itu. Aku tidak
tahu harus bagaimana lagi melenyapkan dalam pikiranku. Menangis sejadi-jadinya
belum mampu memulihkan hatiku. Dan ternyata menjadikan orang lain pelampiasan
juga tidak berhasil. Aku masih saja merasakan sesaknya terluka.
Sementara di sana kulihat kamu tetap baik-baik saja.
Seolah semua yang terjadi bukan hal yang begitu penting, mudah saja bagimu
melupakan kita, yang bagiku hal terindah yang aku punya. Kamu bermain-main
dengan hidupmu yang baru. Menatapku sejenak, lalu pergi lagi tanpa perasaan
bersalah. Kamu tidak mau tahu apa aku masih kuat saat hatiku kamu buat terlalu
patah. Aku benci dengan sikapmu seperti itu. Saat aku berjuang sepenuh hati
menjauhimu, kamu datang menyapa, lalu pergi kembali. Saat luka itu pelan-pelan
mulai reda sakitnya, kamu datang menggoreskan rasa pedihnya lagi.
Setelah sekian lama patah hati. Aku kembali ingin
menangis. Kali ini bukan lagi menangis kepergianmu. Aku hanya ingin melihat
diriku dalam kesedihan. Betapa menyedihkannya aku dulu saat mempertahankan
seseorang yang tak mau diharapkan. Betapa menyedihkannya diriku dulu saat aku
ingin membuatmu tetap cintai aku, sementara kamu tetap mencintai orang yang
bukan aku. Aku ingin menangis sejadi-jadinya hari ini. Lalu menyadari, setelah
patah hati yang terlalu patah itu, aku masih bisa hidup kembali. Aku masih bisa
berjalan kembali. Setidaknya, setelah menangis sejadi-jadinya, aku paham satu
hal penting. Kamu bukan lagi orang yang bisa menjadi penyebab tangisku. Kini
aku menangis untuk menenangkan diriku yang pernah sebodoh itu.