Senin, 31 Oktober 2016

Saat semua orang berlomba-lomba mengejar dunia

Saat semua orang berlomba-lomba mengejar dunia mereka. aku ingin menciptakan dunia sendiri; menikmati rasa jatuh hati padamu. tanpa perlu berlari. tanpa perlu mencari lagi.

Dikamu; aku menemukan banyak hal yang belum sempat ku cari. Hal-hal yang sederhana tapi begitu bisa membuat bahagia. Seperti senyummu, misalnya. Lengkung di bibir tipis yang manis. Dan kau tau? Setiap menatapmu; aku menyadari betapa bahagianya aku bisa mengenalmu. Mungkin, Tuhan juga lebih bahagia berhasil menciptakan makhluk sepertimu.

Untuk apa dunia jika mimpiku untuk memilikimu tak pernah dapat kau reka. Untuk apa dunia jika rindu-rindu padamu tak pernah kau eja. Untuk apa dunia jika akhirnya kisah kita tak pernah nyata. Kusingkat saja; untuk apa ada aku bila kamu tak memerlukanku?!

Dunia tak akan berarti bila kau tak juga mengerti. Aku yang merindukanmu seutuh hati. Aku yang menginginkanmu tanpa tepi. Dikamu ingin kuhabiskan segala sepi. Menikamti senja berhujan. menikmati pagi berciuman.

Saat semua orang berlomba-lomba mengejar dunia. Aku hanya ingin diam di hatimu saja. Tanpa perlu banyak bertanya; apa yang aku cari? Karena bersamamu adalah hidup dan mati.

Begini Logikanya

begini logikanya;

- aku akan menunggu hingga kau benar-benar siap. jika kau tak juga siap, mungkin aku yang akhirnya bersiap pergi.

- aku akan tetap mencintaimu, meski kau belum balas mencintaiku. ya, begitulah, setidaknya, hingga aku lelah.

- aku tak percaya cinta tak harus memiliki. hanya saja aku paham, aku harus memantaskan diri untuk bisa memilikimu.

-    ,,...

aku selalu melogikakan segala hal tentang mencintaimu, meski tak ada logika yang mampu membatasi perasaanku padamu.

Jumat, 28 Oktober 2016

Sebenarnya kamu bodoh, tapi aku tetap mencintaimu

1. Kamu bodoh karena tidak mau belajar untuk melepaskan apa yang sebenarnya sudah tak kau butuhkan.

2. Kamu bahkan tak tau bagaimana rasanya berusaha untuk membuat hatimu bahagia denganku, dan tetap saja menangisi kepedihanmu. Bodoh!

3. Kamu tak pernah tau, betapa peduli dan resahnya aku saat kau merasa patah olehnya, dan kau tetap tak mau berubah. Tetap saja bersikeras.

4. Kamu juga tak peduli dengan tubuhmu yang semakin mengurus. Patah hati bisa mengurangi selera makan?! Itu bodoh.

5. Kamu selalu mengingat hal-hal yang sebenarnya sudah tak butuh kau ingat. Tapi tetap saja kau lakukan setiap saat.

6. Kamu lupa sebenarnya dia telah lama melupakanmu, dan tak pernah ingat, aku yang selalu mengingatmu.

7. Kamu bodoh, tapi aku tetap cinta!

Hingga hari ini | Akhbrmrf :') .

Hingga hari ini aku masih memilih untuk tetap menunggumu. Meski ku tahu, menunggu tak selalu menyenangkan. Aku harus siap dengan kenyataan, kalau saja nanti kau tak pernah datang untuk menetap di hatiku. Tapi tak mengapa, bukankan mencintai perihal bertaruh dengan waktu? Bukankah mencintai perihal bermain dengan kesabaran. Dan aku telah mencintaimu sesabar ini.

Hingga waktunya aku hanya ingin kau paham. Aku adalah  lelaki yang jatuh terlalu dalam. Membiarkan diri membenam dalam rindu yang sendu. Ku tanamkan segala asa lewat doa-doa malamku. Sungguh, hanya denganmu aku ingin menjadi utuh. Melerai segala rapuh yang menggayut di dada.

Aku tahu, saat aku berharap, aku juga harus siap dengan luka-luka di akhir cerita. Luka-luka yang bisa saja menusuk dan mengores dada. Demi kamu, aku tak pernah takut akan apapun yang mungkin terjadi.  Karena aku telah memperjuangkanmu berkali-kali. Hingga hari ini.

Tidak ada yang bisa dipaksakan

Ada banyak hal di dunia ini yang selalu menjadi misteri. Barangkali, itulah cara Pencipta membuat dunia menjadi lebih menarik. Hal-hal yang kadang tidak pernah bisa ditebak. Ada juga hal-hal yang awalnya begitu menyenangkan, namun berakhir begitu menyakitkan. Perpisahan dan patah hati, misalnya. Pengkhiatan dan pengingkaran janji, contoh lainnya. Hal-hal seperti ini akan selalu dekat dengan manusia. Begitulah, hati dan perasaaan diciptakan. Ia memang ditakdirkan jatuh dan merasakan. Semua hal itu, sesungguhnya hanya bagian dari begitu banyak cara Pencipta memberi pemahaman.

Kau dan aku tidak pernah tahu. Apa yang akan terjadi esok. Apa yang akan terjadi sore nanti, malam nanti, bahkan satu detik setelah membaca tulisan ini. Begitu banyak kemungkinan. Bisa kabar baik, bisa jadi kabar yang membuat kita merasa kecewa. Sedih. Tidak jarang, seseorang yang paginya ceria. Sore hari sudah murung dan merasa hidup seolah tidak berguna. Bisa jadi yang kemarin baru saja menyatakan cinta. Pagi ini semuanya terasa hambar dan hampa. Ternyata yang dikatakan cinta bukanlah cinta. Hanya rasa penasaran saja. Alasan, terkadang cinta memang butuh diuji waktu yang lama sebelum menerima.

Pada hal yang lain, ada yang kemarin bersikeras tidak butuh. Pagi ini perasaan rindu mulai tumbuh. Perasaan sayang mulai datang. Tiba-tiba takut merasakan kehilangan. Tidak ada yang salah dengan semua itu. Perasaan memang diciptakan dengan cara kerja yang unik. Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi. Hanya saja, satu yang bisa dilakukan, saat perasaan baik itu datang: jagalah. Hanya dengan menjaga, yang tumbuh akan terus utuh. Yang terasa akan tetap ada. Cinta tetaplah cinta. Kadang membuat kita begitu bahagia. Namun, tak jarang menghadirkan perih yang tidak terkira.

Hal lain yang harus dipahami adalah tentang bagaimana perasaan itu bertahan. Tidak ada yang abadi memang. Alasan kenapa kita harus belajar tidak berlebihan. Sebab, apa pun yang berlebihan seringkali menimbulkan hal yang tidak menyenangkan secara berlebihan pula. Berlebihan sayang bisa saja akhirnya berlebihan pula sakitnya. Saat semua kenyataan tiba-tiba saja berbalik. Sebab, segala yang dimulai pada akhirnya selalu minta diselesaikan. Mau tidak mau, siap tidak siap. Yang ingin berakhir akan tetap berakhir. Begitu banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dipaksakan untuk tetap sama. Begitu pula, yang ingin pergi biarlah pergi. Pada saatnya tidak ada satu orang pun bisa mengelak dari perpisahan. Tidak ada gunanya memaksakan harapan untuk tetap tinggal pada sesuatu yang ingin tanggal.

Selasa, 18 Oktober 2016

Aku sudah cukup bahagia menatapmu dari sini. | Akhbrmrf :')

Aku benci mengingat bagaimana caramu tersenyum. Aku benci menyadari bahwa senyum itulah yang selalu berhasil membuatku jatuh cinta dan terpana.  Aku benci mengingat setiap lekuk wajahmu, bagaimana mata sipitmu, dan rahang bulatmu itu entah mengapa telah menjadi pemandangan favoritku. Aku benci menerima kenyataan bahwa hari ini, aku tidak lagi punya kesempatan untuk memandangimu.

Setelah aku pergi, tentu ada yang berbeda di sini. Kamu tidak tahu hari-hari penuh ketakutan yang aku lewati tanpa menghubungimu. Kamu tidak mengerti hari-hari yang kurasa semakin sepi karena tidak lagi mendengar suaramu. Kamu tidak paham betapa aku merindukanmu, cara menenangkan bahwa dunia tidak akan meledak dan aku percaya begitu saja pada kata-katamu seakan kamu telah membaca semua pertanda dalam hidupku.

Aku percaya begitu saja padamu, aku terlalu percaya padamu, terlalu jatuh cinta padamu dan disitulah masalahnya. Aku percaya kamu akan membahagiakanku dan membawa aku pergi dari kutukan kesendirian ini, dengan segala macam ketulusan yang ada di matamu, pada awalnya adalah cinta. Aku percaya sepenuh hati, bahwa sebenarnya kamu hanya mencintaku, aku percaya semua rasa mengalah yang aku berikan, semua air mata yang terjatuh saat aku memelukmu dalam doa dengan perasaan rindu itu, akan segera berganti menjadi kedamaian seutuhnya. Aku tidak tahu, mengapa aku percaya begitu saja dalam dirimu, kulihat sosok yang sama dengan diriku, hanya saja kamu perempuan dan aku laki-laki. Aku jatuh cinta padamu karena aku merasa sedang mencintai diriku sendiri. Aku percaya padamu dan telah menjadikanmu separuh dari diriku, setelah memustukan untuk meninggalkanmu, aku benar; memang pada akhirnya aku kehilangan setengah dari diriku. Kini aku menjalani hari, sebagai aku yang tidak utuh.

Sehari setelah aku pergi, masih kurasa ketidakyakinanku untuk meninggalkanmu. Hal itu pun masih terjadi, ketika seminggu aku tidak lagi menghubungimu, ketika semua tentangmu telah kuhapus dari memori ponselku. Seringkali terbesit dari pikiranku untuk memintaku kembali padamu, tetapi aku pada akhirnya sadar diri, aku tidak bisa selalu berada di antara dua hati. Aku akan jadi pendosa paling bodoh jika menginginkan kamu untuk menjadi kekasih aku.
 
Kamu tahu malam itu, aku membaca pesan darimu dengan perasaan hancur. Hari itu, aku menyadari bahwa sebenarnya kamu tidak membutuhkanku lebih dari sekedar teman yang kekosonganmu. Aku menyadari bahwa cerita kita tidak akan tamat dengan akhir bahagia. Dan kubalas pesanmu, dengan kejujuran yang aku simpan sendiri. Kujawab mengapa aku hanya berani menuangkan kesedihanku dalam semua tulisanku, karena aku tidak mungkin menceritakan sosokmu pada siapapun, karena aku tidak mungkin menceritakan betapa bahagianya mencintaimu pada sahabat-sahabatku. Mereka yang tahu, pasti menyuruhku untuk segera melepasmu pergi, sedangkan di titik itu , aku sedang dalam keadaan sangat mencintaimu.

 Menulis tentangmu adalah caraku untuk menyembunyikanmu sebenarnya. Hal itulah yang tidak kamu mengerti. Kamu terlalu takut kehilangan gebetanmu, kamu terlalu takut ditinggalkan gebetanmu. Kamu telah percaya diri, bahwa anggapan aku mulai berbahaya buatmu adalah anggapan yang benar. Kamu terlalu takut kehilangan gebetanmu, tapi aku tidak pernah takut kehilangan kamu. Karena bagiku, untuk mendapatkan perempuan sepertimu, bisa aku lakukan dengan jentikan jari. Sayangnya, aku terlalu bodoh menyadari di awal. Aku tidak bisa sejahat untuk menganggapmu hanya sekedar teman senang-senang. Aku tidak bisa untuk tidak melibatkan perasaan dalam hubungan kita. Apalagi di dukung oleh caramu yang serius menatapku.

Aku tidak bisa menjadi jahat ketika aku jatuh cinta padamu, meskipun dari awal kamu telah begitu jahat. Rasa takut untuk terus menjadi jahat telah membayang-bayangiku. Aku bahkan ingin sepenuhnya memilikimu, aku bahkan tidak ingin pelukmu kau berikan pada pria lain, aku bahkan ingin meraup habis seluruh waktumu agar aku bisa menjadi duniamu. Aku menyerah menjadi orang jahat, karena berjalan dalam ketakutan akan kehilanganmu setiap saat bukanlah hari-hari yang menyenangkan untuk dijalani.

Aku memilih mengakhiri, melepaskanmu pergi, dan hidup dengan rasa sakit hatiku sendiri. Satu hal yang harus kau ingat wahai sayangku yang aku cintai, aku ingin memberitahu padamu, rasa memiliki dirimu kian hari kian besar. Meninggalkan kamu adalah keputusan yang kupilih. Kamu akan tetap bahagia dengan gebetanmu dan bisa menganggap aku tidak pernah ada dalam hidupmu. Tapi, aku berjalan sendirian, meninggalkan kamu yang di belakang dan kembali menata hatiku yang telah kau hancurkan. Jadi, aku tidak perlu berpanjang lebar, siapa yang sebenarnya paling sakit disini.
Aku cukup bahagia menjadi aku yang sekarang. Aku sudah cukup bahagia, melihatmu tetap bahagia bersama gebetanmu. Aku sudah cukup bahagia hanya dengan menatapmu dari jauh. Aku sudah cukup bahagia merawat luka dengan tanganku sendiri.

Aku percaya, Tuhan akan menyembuhkanku. Aku percaya, waktu akan memperbaiki semua. Kamu tentu penasaran mengapa dulu aku bersedia menunggu dirimu. Alasan terkuat yang membuatku ingin menjadi kekasihmu adalah karena aku ingin mengenalkan betapa Tuhan menyediakan keajaiban lebih dari apa yang kamu miliki hari ini
.
Alasan terkuat untuk bersamamu adalah aku ingin mengajakmu pulang, tapi aku tidak bisa memaksa orang yang sudah terlalu jauh pergi untuk kembali ke rumah yang harusnya dia tempati. Jika bagimu gebetanmu adalah jalan pulang yang tepat, silakan lakukan dan jalani sebisamu, sebelum pada akhirnya kamu menyadari aku adalah jalan pulang yang harusnya sejak dulu kamu ikuti.
Nikmati rumahmu hari ini, sebelum pada akhirnya kamu menyesal dan menyadari, bahwa hanya aku rumahmu untuk kembali.

Senin, 17 Oktober 2016

Aku Pernah | Akhbrmrf :')

Harusnya aku tak menaruh apa-apa di matamu. Karena kini begitu sakit rasanya saat menatap kembali. Ada rindu yang dari dulu belum sempat kusudahi, tapi kau segera membawanya pergi. Juga hati yang kau rebut paksa untuk menyudahi janji. Sebelum kita benar-benar menepati.

Harusnya aku tak jatuhkan rasa kepada bibirmu. Karena kini begitu pilu mendengarkan potongan kalimat selamat tinggal untukku. Dengan mudahnya kau lumatkan luka di dada. Tak ada lagi manis manja kata rindu. Yang kau katakan segeralah lupakan aku. Apa kau tak pernah berpikir, bibir manis itu pernah membuatku merasa semuanya tak akan pernah berakhir. Tapi nyatanya kini perpisahan  kau sebut takdir.

Aku tak bermaksud menyalahkan kau yang mengingkari janji. Juga tak mau mengatakan semua luka adalah ulahmu. Hanya saja, setumpuk perih masih saja tersisa. Hingga saat aku tak bisa lagi menemuimu, pedihnya belum juga mereda.

Namun pada akhirnya aku pun harus mengerti. Mencintaimu adalah keputusan yang tak perlu ku sesali. Bagaimana pun aku pernah merasa hangat pelukmu. Pernah mengecup lembut bibirmu. Juga lelaki yang menenangkan sedu sedanmu. Hanya saja, mungkin alam memang tak pernah sepakat untuk kita terus bersama. Biarlah luka ini tetap ku bawa, entah sampai di ujung jalan mana. Entah sampai malam keberapa. Jika kau bahagia, harusnya aku juga bisa bahagia.

Rabu, 05 Oktober 2016

Salahkah jika aku berharap kepada dirimu lagi? | Akhbrmrf :')

“kamu pergi ketika saya sudah sangat nyaman bersamamu, kamu lari
     ketika saya sudah sangat mencintaimu, Kamu menghilang tanpa
bilang-bilang, sementara aku yang terlanjur mencintaimu hanya bisa
      berharap Tuhan membuatmu sadar. Bahwa di sini ada aku yang
                mendoakanmu tanpa henti”. –akhbrmrf

Aku duduk di warung kecil tempat pertama kali aku memandangi dirimu. Dilangit Jakarta yang sedang hujan, aku menenguk mizone lemon tea yang dingin.  Ada kehampaan di sini yang aku rasakan karena tidak ada kamu yang duduk di sampingku. Dan, suara Marcell tidak menjadi penenang bagiku. Lagu firasat mengalun di telinga, menjalar ke hatiku, kemudian membuat dadaku sesak.

Aku ingat saat pertama kali bertemu denganmu di sini, setelah bertemu kita saling melontarkan cerita hidup yang berbeda dan saling memberi saran. Dan, tanpa sengaja aku memandangi wajah cantikmu dengan seksama. Seolah-olah pikiran ku sedang di hantui dengan paras wajahmu itu, aku terdiam tanpa kata.

Setelah malam itu, kamu menjelma menjadi wanita yang pesannya selalu aku tunggu. Aku menunggu kesibukanmu usai agar kita bisa berkomunikasi, dan agar rasa rindu yang penuh di dadaku bisa sedikit mengecil atau mereda. Tapi, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak merindukanmu. Rasa itu semakin membungkamku ketika aku sedang menulis cerita-cerita lainnya. Kamu mengirimku sebuah nyanyian melalu voice note. Meskipun saat itu aku berada sangat jauh denganmu, namun kurasakan napas dan dirimu selalu mengikutiku.

Sepulang dari tempat nongkrong, kita memutuskan untuk bertemu kembali pada pertemuan kedua. Aku membawa rasa rindu yang menggebu di dadaku, tetapi kamu datang membawa kabar buruk untukku. Beberapa detik kemudian, kamu mulai menceritakan kisah hidupmu, hingga pada akhirnya kamu menceritakan bahwa kamu masih mencintai mantanmu itu. Tahukah kamu apa yang kurasakan pada saat itu? Rasanya aku ingin meledak, pergi meninggalkanmu, dan aku merasa marah pada diriku sendiri.

Selama kedekatan kita, kamu memang tidak member status hubungan apapun. Aku pun tidak memaksakan agar kita segera memiliki status, tapi mengapa aku marah ketika tahu kamu masih mencintai mantanmu? Kemudian aku menunduk kebawah dengan mataku yang berair. Namun, mengapa aku tidak bisa melepaskan dirimu yang itu pada diriku? Dirimu yang bukan hakku, dirimu yang bukan milikku. Dalam hatiku, aku menangis sejadi-jadinya. Rasanya sangat tidak adil, aku sedang berada pada puncak sangat mencintaimu, dan kenyataan yang kau bicarakan itu benar-benar telah menghancurkan mimpi-mimpi megah yang telah aku bangun.

Aku sudah membayangkan suatu hari akan mengenalkanmu pada ibuku. Aku sudah berharap bisa membawa namamu ke dalam tulis-tulisanku nanti. Aku sudah membayangkan bahagianya bisa berada dalam status hubungan yang spesial bersamamu. Aku membayangkan setiap hari berpelukan denganmu. Aku membayangkan bisa merangkul tanganmu dengan mesra. Kamu sudah membuatku terbiasa dengan sikapmu, rasa humoris yang selalu kau tunjukan padaku, dengan keliaran menyenangkan yang hanya kita ketahui berdua, dengan segala hal bodoh yang membuat aku bisa menjadi diriku sendiri ketika bersamamu, namun mengapa kau justru pergi ketika kamu telah membuatku sangat terbiasa pada kebahagian akan hadirmu?

Hingga hari ini, aku masih merasa semua tidak adil. Rasa kekhawatiranku masih terus begejolak, dan juga rasa kekecewaan aku. Dengan alasan kamu tidak ingin membohongiku dan menyakitiku terlal jauh. Tapi, sebagai yang bukan siapa-siapa, memang aku tidak berhak melarang apa-apa. Bagaimana mungkin aku begitu mudah terjebak pada segala perlakuan manismu, ketika aku pada akhirnya tahu –kamu sudah lebih dulu mencintai orang lain yaitu mantanmu.

Andai kau tahu, aku masih mencintaimu sedalam ketika aku pertama kali bertemu. Aku masih mencintaimu, sekuat ketika pertama kali kamu menghancurkan hati ini. Aku masih mencintaimu, bahkan ketika kamu memilih pergi dari hidupku dengan alasan aku hanya sahabatmu saja.

Aku merasa sangat kehilangan, meskipun kamu tidak merasakan apa-apa. Aku merasa takut kehilangan, meskipun kamu bukan milikku. Aku merasa kehilangan, kehilangan harapan yang telah susah payah kubangun untukmu.

Kembalilah padaku ketika kamu bosan berjuang demi mantanmu. Aku akan tetap sebodoh ini, mencintaimu tanpa mengemis status dan kejelasan hubungan kita. Kembalilah padaku, jika dia tak bisa memberikan kebahagiaan dan peluk yang cukup hangat untukmu. Aku akan tetap jadi pria yang bodoh, yang merindukanmu dalam dia dan kesunyian. Kembalilah padaku, jika mantanmu tidak bisa menjaga perasaanmu. Karena aku akan tetap di sini, tetap menunggumu di belakang sini, tetap menjadi akhbar yang tolol yang menunggu kamu pulang.


Untukmu,
yang tidak akan pernah tahu,
dan tidak mau tahu,
siapa yang paling tersiksa,
dalam hubungan ini.