Jumat, 02 Desember 2016

Hatimu yang dengan penuh kucintai

Kepada kamu yang membuat aku jatuh hati dan memilih berhenti mencari. Mungkin saja esok kita merasa lelah dan jenuh dengan semua yang kita jalani. Bisa jadi kamu bertemu dengan orang baru yang mungkin terlihat menarik daripada aku. Atau aku yang tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang berbeda dari dirimu, dan suka padanya. Kita mungkin saja ada di fase seperti itu. Berada pada titik ingin merasakan hal baru. Ingin menjalani sesuatu yang bisa saja terlihat lebih merayu.

Namun, pahamilah, saat memilih saling jatuh hati kita sudah meniatkan dan bersepakat untuk berhenti mencari. Ingat-ingat lagi, bagaimana panjangnya perjalanan yang telah kita lalui. Berapa banyak hal pernah kita lewati. Lalu, jika saat ini ada hal baru, yang bisa jadi hanya penguji rasa di dada. Akankah kamu menyerah begitu saja? Bukankah kita selalu percaya; cinta jauh lebih kuat dari apa saja. 

Marilah mendekat untuk mendekapku lagi. Pelan-pelan kuatkan lagi janji-janji yang mungkin kendur sebab ambisi. Kita rekatkan lagi perasaan-perasaan yang mulai dingin dan pucat pasi. Sebab, kita sudah memilih saling jatuh cinta. Maka, selayaknya bertahan dan kembali saling menjaga. Hatimu sudah menjadi bagian dari apa saja yang aku gelisahkan. Begitu pun dengan hidupku, sudah menjadi pengisi hari-harimu. Hal-hal yang tak pernah ingin lepas dari apa saja yang kau hadapi. Senang dan sedihmu. 

Semoga kamu mengarti, bahwa dengan tetap mencintai dan bertahan padamu aku merelakan banyak hal terlewati. Namun aku tidak pernah menyesali, sebab bersamamu hal sederhana pun bisa terasa lebih berarti. Jangan berniat pergi lagi. Hatimu sudah terlanjur menjadi hal yang dengan penuh kucintai. Kita adalah dua orang yang sama-sama berjuang melawan rayuan. Bukan kamu saja yang sedang memperjuangkan. Aku pun juga selalu mengabaikan perasaan lain yang datang kepadaku. Perasaan yang mungkin saja membuatku melepaskanmu jika mengikutinya. Namun, aku tidak pernah memilih membiarkannya hidup berlama-lama dalam kepalaku. Sebab, aku sudah memilihmu dan selalu ingin berhenti mencari cinta yang baru. 

Aku Yang Masih Mencemaskanmu

Sejak sore kemarin debar dadaku terasa tak menentu. Aku merasa cemas namun tak mengerti apa yang sedang kucemaskan. Andai bisa memilih suasana hati, aku ingin merasakan hal yang tenang saja. Bukan merasakan perihal seperti ini. Di dalam pikiranku tak pernah lepas dari pertanyaan bagaimana keadaanmu di  sana? Apakah semuanya baik-baik saja? Apakah semuanya masih menjadi seperti seharusnya? Aku benar-benar tidak bisa tenang, meski aku telah mencoba untuk tidak peduli. Namun perasaan di hati tak bisa kubohongi. Aku seolah tak mampu mengendalikan diriku.

Namun aku sadar kau sedang berusaha menjauhiku. Kau sedang belajar melupakan hal-hal yang selalu kita ingat. Kau sedang belajar membunuh perasaan yang tetap bertahan hidup di hatimu. Kau sedang mengkhianati dirimu sendiri. Mencoba menyangkal hal-hal yang masih membenam di dadamu. Aku tahu siapa kamu, aku merasakan sedih yang menggelayuti matamu. Kau mengorbankan dirimu untuk sesuatu yang kau anggap balas jasa. Padahal kau sebenarnya tahu balas jasa tidak selalu harus begitu. Maafkan aku yang juga tak pernah bisa melupakanmu. Seseorang yang masih saja mencemaskan keadaanmu.

Aku bahkan tak pernah bisa merelakanmu. Akulah seseorang yang tak ikhlas kau bersama orang lain. Sebab aku tahu perasaanmu dan perasaanku bukan hal yang harus dikorbankan. Namun, kau terlalu cepat menyerah. Katamu, kau tak sekuat aku menghadapi hidup. Semantara kau belum menjalani sepenuhnya bersamaku. Bagaimana mungkin kau menyangkal hal-hal yang dulu kau percaya. Aku mengenal siapa kamu. Kau bukan seseorang yang lemah seperti itu. Hanya saja beberapa hal di dunia ini memang terlihat menakutkan, dan kau mungkin ketakutan akan hal itu.

Aku akan berusaha untuk terlihat baik-baik saja, kekasih. Rasa sedih ini biarlah kutenangkan dengan segala hal pedih. Aku hanya sedang mencemaskanmu. Aku sungguh tidak bisa membayangkan kau menjadi orang yang tidak kucintai lagi. Sudah terlalu dalam perasaan yang kita tanam. Sudah tumbuh dan rimbun hingga aku tak tahu cara yang baik untuk mencabutnya. Aku tak yakin bisa menenangkan diri jika kau benar-benar lepas pergi. Andai bisa memilih, aku lebih suka berdebat denganmu. Perihal siapa yang benar dan salah di antara kita. Aku sungguh tidak suka tidak mendapati  apa pun kabarmu. Semuanya terasa lebih menyakitkan, saat kau mencoba benar-benar menghilang. Sementara kita tahu, kau dan aku masih saling menyimpan diri dalam ruang hati. Percuma kita saling bunuh, jika setiap tusuk pisau dan angin di dada selalu mampu membuat rindu baru tumbuh.

Rabu, 23 November 2016

Aku tidak mampu berbohong lagi

Aku tak pernah seberdebar ini menunggu seseorang membalas messagenya. Aku tidak pernah merasa setakut ini hanya untuk mendengar suaramu dari voice note. Kamu hadir dalam bulan-bulan ketika aku berusaha melupakan seseorang, dan saat ini aku masih bertanya-tanya siapa dirimu yang sebenarnya? Aku tidak sepenuhnya yakin kamu adalah jawaban Tuhan atas semua doaku. Aku juga tidak terlalu yakin bahwa kamu adalah bidadari tanpa sayap yang dikirim langsung dari surge untuk menenangkanku sesaat. Kamu terlalu jauh untuk kutatap dan kugenggam dan semua pertanyaan ini perlahan membuat dadaku sesak dan sekarat.

Beberapa hari terakhir, kamu hadir dalam hidupku. Menjelma menjadi seorang wanita sederhana yang cara bicaranya begitu tertata. Kita bertukar sapa hingga larut malam, hingga kaupun tertidur meninggalkan chatting. Kita kembali membicarakan berbagai hal yang absurd yang entah mengapa segalanya begitu menyenangkan bagiku. Aku pernah lupa rasanya begitu bahagia hanya mendengar suara seseorang. Aku pernah lupa rasanya tersenyum diam-diam ketika bisa bercakap dengan seseorang yang mengerti duniaku– dunia yang tak pernah dimengerti siapapun.

Aku menyukaimu. Aku mohon maaf jika ini terlalu lancing. Tapi, adakah yang bisa menahan diri jika telah lama kamu menunggu seseorang yang sangat kau inginkan, lalu dia datang saat kau sendiri, disaat kau butuhkan dia dalam hari-harimu, dan disaat hatinya hamper sekarat karena terlalu sering patah. Ya, kamulah sosok itu. Wanita yang hadir dalam dinginnya malam-malamku, wanita yang muncul dari rinainya hujan kemudian dengan segara memberikan payung untukku.

Saat pertama mengenalmu, aku tidak pernah tahu bahwa kita akan sedekat ini. Percakapan absurd kita beberapa hari yang lalu, seakan-akan mendekatkan kita. Saat itu, semesta telah berkonspirasi untuk mempertemukan aku dan kamu. Tidak pernah aku merasakan senyaman ini berbagi cerita bersama seorang wanita. Kamu adalah wanita yang segalanya, wanita yang selalu berhasil membuatku bahagia.

Kini, kamu adalah duniaku, meskipun percakapan kita hanya sebatas chat dan suara, namun aku merasa kita adalah kawan lama yang dipertemukan kembali oleh Tuhan; entah untuk tujuan apa. Beberapa minggu ini, aku bertahan pada jauhnya jarak kita, dan hanya bisa membayangkan betapa nyamannya bisa benar-benar mendengar suaramu hanya dalam jarak beberapa kilometer. Setiap berjam-jam kita bercakap di chatting bbm, aku berharap bisa menarik tanganmu dari ponselku, berharap bisa merasakan hangatnya genggaman tanganmu dari ponselku. Saat melihat fotomu, aku berharap bisa benar-benar menatap matamu, melihat wajahmu, dan berhenti untuk membayangkan bagaimana manisnya senyum tipismu. Egoiskah jika aku lelah pada semua ini? Dilarangkah jika aku mulai ingin kamu menjadi miliku satu-satunya?

Mungkin, kita berdua tahu, ini memang cinta, walaupun belum pernah ada tatapan mata sebelumnya. Tapi, aku selalu bertanya-tanya, sampai kapan aku harus terus menunggu? sampai kapan aku harus terus membayangkan hangatnya pelukmu, bagaimana lebarnya lenganmu, bagaimana menyenangkan mengecup keningmu, bagaimana, bagaimana dan bagaimana? Sampai kapankah kamu membiarkanku terus bertanya-tanya dan berharap?

Salahkan jika aku ingin kita lebih dari sini? Semua panggilan sayang itu, semua kata cinta itu, dan semua perasaan aneh yang ada dalam hidup ini selalu membuatku mulai merasa berat menjalani hari-hari. Aku selalu merindukanmu, selalu ingin melihatmu, selalu ingin kita segera bertemu, tapi ternyata untuk saat ini– semesta belum mengizinkan kita bersama. Aku tidak bisa lagi menyangkal bahwa aku sedang dalam keadaan sangat mencintaimu, tidak ingin kehilangan kamu, ingin memilikimu, dan ingin mengusir semua wanita yang berusaha mendekatiku, atau yang mungkin berusaha kamu dekati.

Aku ingin merasakan hangatnya genggaman jemarimu. Aku mau merasakan menyenangkannya berada di pelukmu. Aku menunggu kebahagian itu datang, menunggu saat kita duduk berdua, sibuk menonton film india, atau film korea atau film Indonesia atau film apapun– asal bersamamu. Aku ingin kita ke dufan, bandung, yogya, ke manapun; yang penting bersamamu. Aku ingin menjadi pria paling bahagia karena bisa memilikimu seutuhnya. Aku tidak sabar untuk bersikap posesif padamu, menanyakan setiap pria jahil yang berusaha menggodamu. Aku sangat ingin menjadi prioritasmu. Egoiskah aku jika aku menginginkan kamu sebagai penyebab kebahagaiaanku?

Aku ingin kita berhenti saja sampai sini. Mengehentikan semua drama yang melelahkan ini. Aku terlalu lelah menunggu, terlalu sabar menanti, dan terlalu sakit untuk diajak berjalan lagi. Aku ingin kita bertemu di satu titik, titik yang membuat kita untuk berlari makin cepat, agar semua ini tidak akan pernah berubah jadi terlambat.

Aku ingin kita memulai semua dari awal lagi, sebagai pasangan yang benar-benar pasangan. Sebagai perasaan yang dimabuk cinta karena pertemuan nyata, bukan karena gombalan dan rayuan dari ujung chatting semata. Saat itu terjadi, kita akan mulai berjalan lagi, dengan langkah yang tertata rapi, dengan saling bergenggaman tangan juga.


Aku tidak mampu berbohong lagi, bahwa aku sangat ini kita segera bertemu, bahwa aku ingin kita segera bersama, bahwa aku ingin kita normal seperti pasangan lainnya. Meskipun orang-orang di luar sana pasti sibuk bertanya, ”Mengapa kamu mau dengan dirinya, sedangkan kau saja baru kenal beberapa minggu yang lalu?”

Hubungan jarak jauh yang menyakitkan

“Ketika aku hanya menjadi
orang yang membahagiakanmu sementara
nikamati saja, karena suatu hari
kamu akan merindukan perhatian
yang lebih manis dari kekasihmu sekarang.” -@akhbrmrf

Semua orang di luar sana pasti sangat ingin sekali berbahagia, apalagi bahagia dalam hubungan. Namun, dalam kisahnya dia harus berjuang, berdiam, dan menunggu pun juga bagian dari kebahagian. Berjuang, itulah yang selama ini kulakukan, sebagai wujud dari perasaanku yang entah mengapa masih ingin memperjuangkanmu.

Setiap malamku selalu muncul dirimu dalam pikiranku. Kenyataannya kau tak ada disampingku, entah untuk menenangkan sedihku dan merangkul kesepianku. Dengan sikapmu yang amat cuek dan tak peduli kepada diriku, mengapa aku masih memperjuangkanmu? Aku tak tahu, jadi jangan tanyakan padaku mengapa aku juga bisa mencintaimu dengan cinta yang tak benar-benar adil ini.
Pertama kali kita bertemu dan setelah bertemu, ada rasa rindu yang tidak benar-benar aku ungkapkan. Rindu yang kudiamkan, terlalu sibuk dalam penantian hingga berakhir pada air mata yang sedu. Apakah kamu tahu hal itu? Tentu saja tidak, kau tidak memedulikanku sedalam aku memedulikanmu. Tak ada cinta di matamu, sedalam cinta yang aku punya, aku masih ingin mempertahankan “kita” yang sebenarnya membuahkan sakit bagiku.

Jarak dan waktu yang membuatku khawatir, kekhawatiran yang tak pernah ku ceritakan pada dirimu. Ku panjatkan doa yang kusebutkan tentu tak seperti doa yang selalu kamu ucapkan. Keadaan ini sungguh membuatku seakan tak mengerti apa-apa. Ketakutan semakin menghantuiku, pertanyaan hati terus memojokkan diriku, apakah kamu masih pantas ku perjuangkan sejauh ini? akankah kita mempunyai kebahagian tersediri?

Aku takut…. Aku takut dengan sifatmu yang semakin cuek dan tidak peduli kepadaku, aku takut kamu menghianati perjuangku, aku takut kamu menyimpan pria lain tanpa sepengetahuanku. Jika kebersamaan kita tak berjalan mudah dan membuatku lelah. Aku minta untuk mengakhiri ini semua, sebab hatiku tak sanggup lagi menampung rasa sakit yang terus menerus. Aku ingin berhenti memperjuangkanmu, aku lelah dihantui dengan kekhawatiran ini. Aku ingin pelangi yang cerah, bukan langit gelap seperti ini.

Kamu dimana ketika aku sedang cinta-cintanya, sedang sayang-sayangnya? Kemana larinya kamu ketika aku sedang mencintaimu disini sendirian? Seringkali ku maafkan kecerobohan dirimu, seringkali kali ku maklumin kesalahan dirimu dan selalu ku berikan senyum terbaik walaupun aku sedang menangis.

Semakin hari, semakin takut diriku dengan semua sifatmu. Seolah-olah kamu mencintaiku, nyatanya dirimu hanya ingin mempermainkan ku atau mungkin saja kamu hanya ingin menjadikan diriku sebagai pelampiasan atas rasa sakit mu. Walaupun aku selalu berprasangka buruk pada mu, sesekali ku mengingat kembali masa-masa kita pernah berdua dalam kebahagian yang singkat itu.
Beri aku sinyal jika kau tak benar-benar cinta kepadaku, agar aku bisa segara mengakhiri perjuangku ini. jujur, aku semakin tak sanggup lagi menahan semuanya. Sudah cukup aku di permainkan oleh para wanita-wanita yang tak mempunyai hati.

Dulu kau juga pernah mengatakan padaku “Jalani saja dulu, kita bangun sama-sama kebahagian kita dan buktikan kepada yang lain bahwa kita bisa membuat relationship goals” aku masih mengingat baik-baik kata-kata itu.


Keberdaan kita yang sangat jauh membuat hati ini takut. Aku yang di utara dan kamu yang di timur, dan kita hanya bisa berkomunikasi melalu social media. Awalnya itu hanyalah hal biasa bagiku, namun entah mengapa hal biasa itu berubah menjadi luar biasa bagiku. Yang aku pikirkan saat ini hanyalah ketakutan, kekhawatiran, dan juga kebingungan. Apakah kamu benar-benar menjaga perasaan ini dengan baik atau tidak? Aku tak tahu, aku hanya bisa berdoa dan percaya dengan kata-kata manis mu itu. 

Sabtu, 05 November 2016

Aku telah memilihmu

Aku tau banyak di luar sana hati yang mungkin bisa saja menjadi penopang saat aku jatuh. Hati yang juga mungkin bersedia menemani sepiku. Yang bersedia bermalam larut bersamaku. Yang bersedia berbagi segala yang ia punya padaku. Tapi aku telah memilihmu.

Aku memilihmu atas apasaja resiko yang akan ku hadapi nanti.

Aku memilihmu karena aku percaya. Rasa tak pernah salah dalam mengeja. Meski ia tak selalu benar dalam memperhitungkan luka. Tak apa. Bagiku memilihmu selalu mampu memulihkan. Kau obat atas segala nyeri di sudut hati, walau kadang, tak jarang kau juga sebab rindu memagut sepi.

Aku memilihmu atas segala rasa di dada. Mengabaikan segala kalimat manusia yang  melemahkanku. Aku memilih buta. Aku memilih tuli. Aku memilih tak peduli pada ejaan manusia yang hanya ingin aku tanpa kamu.

Memilihmu adalah hal yang ingin ku kenang sebagai keputusan terbaik. Meski nanti yang aku dapat tak selalu hal-hal yang  baik. Tak apa. Memilihmu akan selalu menyenangkan. Meski juga menggenangkan.

Bila akhirnya apa yang aku pilih tak juga membuat pulih. Dan aku akan tetap tersenyum meski perih. Setidak aku bahagia, pernah mencintaimu, dan pernah memilihmu. Meski tak memulihkanku.  

Senin, 31 Oktober 2016

Saat semua orang berlomba-lomba mengejar dunia

Saat semua orang berlomba-lomba mengejar dunia mereka. aku ingin menciptakan dunia sendiri; menikmati rasa jatuh hati padamu. tanpa perlu berlari. tanpa perlu mencari lagi.

Dikamu; aku menemukan banyak hal yang belum sempat ku cari. Hal-hal yang sederhana tapi begitu bisa membuat bahagia. Seperti senyummu, misalnya. Lengkung di bibir tipis yang manis. Dan kau tau? Setiap menatapmu; aku menyadari betapa bahagianya aku bisa mengenalmu. Mungkin, Tuhan juga lebih bahagia berhasil menciptakan makhluk sepertimu.

Untuk apa dunia jika mimpiku untuk memilikimu tak pernah dapat kau reka. Untuk apa dunia jika rindu-rindu padamu tak pernah kau eja. Untuk apa dunia jika akhirnya kisah kita tak pernah nyata. Kusingkat saja; untuk apa ada aku bila kamu tak memerlukanku?!

Dunia tak akan berarti bila kau tak juga mengerti. Aku yang merindukanmu seutuh hati. Aku yang menginginkanmu tanpa tepi. Dikamu ingin kuhabiskan segala sepi. Menikamti senja berhujan. menikmati pagi berciuman.

Saat semua orang berlomba-lomba mengejar dunia. Aku hanya ingin diam di hatimu saja. Tanpa perlu banyak bertanya; apa yang aku cari? Karena bersamamu adalah hidup dan mati.

Begini Logikanya

begini logikanya;

- aku akan menunggu hingga kau benar-benar siap. jika kau tak juga siap, mungkin aku yang akhirnya bersiap pergi.

- aku akan tetap mencintaimu, meski kau belum balas mencintaiku. ya, begitulah, setidaknya, hingga aku lelah.

- aku tak percaya cinta tak harus memiliki. hanya saja aku paham, aku harus memantaskan diri untuk bisa memilikimu.

-    ,,...

aku selalu melogikakan segala hal tentang mencintaimu, meski tak ada logika yang mampu membatasi perasaanku padamu.

Jumat, 28 Oktober 2016

Sebenarnya kamu bodoh, tapi aku tetap mencintaimu

1. Kamu bodoh karena tidak mau belajar untuk melepaskan apa yang sebenarnya sudah tak kau butuhkan.

2. Kamu bahkan tak tau bagaimana rasanya berusaha untuk membuat hatimu bahagia denganku, dan tetap saja menangisi kepedihanmu. Bodoh!

3. Kamu tak pernah tau, betapa peduli dan resahnya aku saat kau merasa patah olehnya, dan kau tetap tak mau berubah. Tetap saja bersikeras.

4. Kamu juga tak peduli dengan tubuhmu yang semakin mengurus. Patah hati bisa mengurangi selera makan?! Itu bodoh.

5. Kamu selalu mengingat hal-hal yang sebenarnya sudah tak butuh kau ingat. Tapi tetap saja kau lakukan setiap saat.

6. Kamu lupa sebenarnya dia telah lama melupakanmu, dan tak pernah ingat, aku yang selalu mengingatmu.

7. Kamu bodoh, tapi aku tetap cinta!

Hingga hari ini | Akhbrmrf :') .

Hingga hari ini aku masih memilih untuk tetap menunggumu. Meski ku tahu, menunggu tak selalu menyenangkan. Aku harus siap dengan kenyataan, kalau saja nanti kau tak pernah datang untuk menetap di hatiku. Tapi tak mengapa, bukankan mencintai perihal bertaruh dengan waktu? Bukankah mencintai perihal bermain dengan kesabaran. Dan aku telah mencintaimu sesabar ini.

Hingga waktunya aku hanya ingin kau paham. Aku adalah  lelaki yang jatuh terlalu dalam. Membiarkan diri membenam dalam rindu yang sendu. Ku tanamkan segala asa lewat doa-doa malamku. Sungguh, hanya denganmu aku ingin menjadi utuh. Melerai segala rapuh yang menggayut di dada.

Aku tahu, saat aku berharap, aku juga harus siap dengan luka-luka di akhir cerita. Luka-luka yang bisa saja menusuk dan mengores dada. Demi kamu, aku tak pernah takut akan apapun yang mungkin terjadi.  Karena aku telah memperjuangkanmu berkali-kali. Hingga hari ini.

Tidak ada yang bisa dipaksakan

Ada banyak hal di dunia ini yang selalu menjadi misteri. Barangkali, itulah cara Pencipta membuat dunia menjadi lebih menarik. Hal-hal yang kadang tidak pernah bisa ditebak. Ada juga hal-hal yang awalnya begitu menyenangkan, namun berakhir begitu menyakitkan. Perpisahan dan patah hati, misalnya. Pengkhiatan dan pengingkaran janji, contoh lainnya. Hal-hal seperti ini akan selalu dekat dengan manusia. Begitulah, hati dan perasaaan diciptakan. Ia memang ditakdirkan jatuh dan merasakan. Semua hal itu, sesungguhnya hanya bagian dari begitu banyak cara Pencipta memberi pemahaman.

Kau dan aku tidak pernah tahu. Apa yang akan terjadi esok. Apa yang akan terjadi sore nanti, malam nanti, bahkan satu detik setelah membaca tulisan ini. Begitu banyak kemungkinan. Bisa kabar baik, bisa jadi kabar yang membuat kita merasa kecewa. Sedih. Tidak jarang, seseorang yang paginya ceria. Sore hari sudah murung dan merasa hidup seolah tidak berguna. Bisa jadi yang kemarin baru saja menyatakan cinta. Pagi ini semuanya terasa hambar dan hampa. Ternyata yang dikatakan cinta bukanlah cinta. Hanya rasa penasaran saja. Alasan, terkadang cinta memang butuh diuji waktu yang lama sebelum menerima.

Pada hal yang lain, ada yang kemarin bersikeras tidak butuh. Pagi ini perasaan rindu mulai tumbuh. Perasaan sayang mulai datang. Tiba-tiba takut merasakan kehilangan. Tidak ada yang salah dengan semua itu. Perasaan memang diciptakan dengan cara kerja yang unik. Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi. Hanya saja, satu yang bisa dilakukan, saat perasaan baik itu datang: jagalah. Hanya dengan menjaga, yang tumbuh akan terus utuh. Yang terasa akan tetap ada. Cinta tetaplah cinta. Kadang membuat kita begitu bahagia. Namun, tak jarang menghadirkan perih yang tidak terkira.

Hal lain yang harus dipahami adalah tentang bagaimana perasaan itu bertahan. Tidak ada yang abadi memang. Alasan kenapa kita harus belajar tidak berlebihan. Sebab, apa pun yang berlebihan seringkali menimbulkan hal yang tidak menyenangkan secara berlebihan pula. Berlebihan sayang bisa saja akhirnya berlebihan pula sakitnya. Saat semua kenyataan tiba-tiba saja berbalik. Sebab, segala yang dimulai pada akhirnya selalu minta diselesaikan. Mau tidak mau, siap tidak siap. Yang ingin berakhir akan tetap berakhir. Begitu banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dipaksakan untuk tetap sama. Begitu pula, yang ingin pergi biarlah pergi. Pada saatnya tidak ada satu orang pun bisa mengelak dari perpisahan. Tidak ada gunanya memaksakan harapan untuk tetap tinggal pada sesuatu yang ingin tanggal.

Selasa, 18 Oktober 2016

Aku sudah cukup bahagia menatapmu dari sini. | Akhbrmrf :')

Aku benci mengingat bagaimana caramu tersenyum. Aku benci menyadari bahwa senyum itulah yang selalu berhasil membuatku jatuh cinta dan terpana.  Aku benci mengingat setiap lekuk wajahmu, bagaimana mata sipitmu, dan rahang bulatmu itu entah mengapa telah menjadi pemandangan favoritku. Aku benci menerima kenyataan bahwa hari ini, aku tidak lagi punya kesempatan untuk memandangimu.

Setelah aku pergi, tentu ada yang berbeda di sini. Kamu tidak tahu hari-hari penuh ketakutan yang aku lewati tanpa menghubungimu. Kamu tidak mengerti hari-hari yang kurasa semakin sepi karena tidak lagi mendengar suaramu. Kamu tidak paham betapa aku merindukanmu, cara menenangkan bahwa dunia tidak akan meledak dan aku percaya begitu saja pada kata-katamu seakan kamu telah membaca semua pertanda dalam hidupku.

Aku percaya begitu saja padamu, aku terlalu percaya padamu, terlalu jatuh cinta padamu dan disitulah masalahnya. Aku percaya kamu akan membahagiakanku dan membawa aku pergi dari kutukan kesendirian ini, dengan segala macam ketulusan yang ada di matamu, pada awalnya adalah cinta. Aku percaya sepenuh hati, bahwa sebenarnya kamu hanya mencintaku, aku percaya semua rasa mengalah yang aku berikan, semua air mata yang terjatuh saat aku memelukmu dalam doa dengan perasaan rindu itu, akan segera berganti menjadi kedamaian seutuhnya. Aku tidak tahu, mengapa aku percaya begitu saja dalam dirimu, kulihat sosok yang sama dengan diriku, hanya saja kamu perempuan dan aku laki-laki. Aku jatuh cinta padamu karena aku merasa sedang mencintai diriku sendiri. Aku percaya padamu dan telah menjadikanmu separuh dari diriku, setelah memustukan untuk meninggalkanmu, aku benar; memang pada akhirnya aku kehilangan setengah dari diriku. Kini aku menjalani hari, sebagai aku yang tidak utuh.

Sehari setelah aku pergi, masih kurasa ketidakyakinanku untuk meninggalkanmu. Hal itu pun masih terjadi, ketika seminggu aku tidak lagi menghubungimu, ketika semua tentangmu telah kuhapus dari memori ponselku. Seringkali terbesit dari pikiranku untuk memintaku kembali padamu, tetapi aku pada akhirnya sadar diri, aku tidak bisa selalu berada di antara dua hati. Aku akan jadi pendosa paling bodoh jika menginginkan kamu untuk menjadi kekasih aku.
 
Kamu tahu malam itu, aku membaca pesan darimu dengan perasaan hancur. Hari itu, aku menyadari bahwa sebenarnya kamu tidak membutuhkanku lebih dari sekedar teman yang kekosonganmu. Aku menyadari bahwa cerita kita tidak akan tamat dengan akhir bahagia. Dan kubalas pesanmu, dengan kejujuran yang aku simpan sendiri. Kujawab mengapa aku hanya berani menuangkan kesedihanku dalam semua tulisanku, karena aku tidak mungkin menceritakan sosokmu pada siapapun, karena aku tidak mungkin menceritakan betapa bahagianya mencintaimu pada sahabat-sahabatku. Mereka yang tahu, pasti menyuruhku untuk segera melepasmu pergi, sedangkan di titik itu , aku sedang dalam keadaan sangat mencintaimu.

 Menulis tentangmu adalah caraku untuk menyembunyikanmu sebenarnya. Hal itulah yang tidak kamu mengerti. Kamu terlalu takut kehilangan gebetanmu, kamu terlalu takut ditinggalkan gebetanmu. Kamu telah percaya diri, bahwa anggapan aku mulai berbahaya buatmu adalah anggapan yang benar. Kamu terlalu takut kehilangan gebetanmu, tapi aku tidak pernah takut kehilangan kamu. Karena bagiku, untuk mendapatkan perempuan sepertimu, bisa aku lakukan dengan jentikan jari. Sayangnya, aku terlalu bodoh menyadari di awal. Aku tidak bisa sejahat untuk menganggapmu hanya sekedar teman senang-senang. Aku tidak bisa untuk tidak melibatkan perasaan dalam hubungan kita. Apalagi di dukung oleh caramu yang serius menatapku.

Aku tidak bisa menjadi jahat ketika aku jatuh cinta padamu, meskipun dari awal kamu telah begitu jahat. Rasa takut untuk terus menjadi jahat telah membayang-bayangiku. Aku bahkan ingin sepenuhnya memilikimu, aku bahkan tidak ingin pelukmu kau berikan pada pria lain, aku bahkan ingin meraup habis seluruh waktumu agar aku bisa menjadi duniamu. Aku menyerah menjadi orang jahat, karena berjalan dalam ketakutan akan kehilanganmu setiap saat bukanlah hari-hari yang menyenangkan untuk dijalani.

Aku memilih mengakhiri, melepaskanmu pergi, dan hidup dengan rasa sakit hatiku sendiri. Satu hal yang harus kau ingat wahai sayangku yang aku cintai, aku ingin memberitahu padamu, rasa memiliki dirimu kian hari kian besar. Meninggalkan kamu adalah keputusan yang kupilih. Kamu akan tetap bahagia dengan gebetanmu dan bisa menganggap aku tidak pernah ada dalam hidupmu. Tapi, aku berjalan sendirian, meninggalkan kamu yang di belakang dan kembali menata hatiku yang telah kau hancurkan. Jadi, aku tidak perlu berpanjang lebar, siapa yang sebenarnya paling sakit disini.
Aku cukup bahagia menjadi aku yang sekarang. Aku sudah cukup bahagia, melihatmu tetap bahagia bersama gebetanmu. Aku sudah cukup bahagia hanya dengan menatapmu dari jauh. Aku sudah cukup bahagia merawat luka dengan tanganku sendiri.

Aku percaya, Tuhan akan menyembuhkanku. Aku percaya, waktu akan memperbaiki semua. Kamu tentu penasaran mengapa dulu aku bersedia menunggu dirimu. Alasan terkuat yang membuatku ingin menjadi kekasihmu adalah karena aku ingin mengenalkan betapa Tuhan menyediakan keajaiban lebih dari apa yang kamu miliki hari ini
.
Alasan terkuat untuk bersamamu adalah aku ingin mengajakmu pulang, tapi aku tidak bisa memaksa orang yang sudah terlalu jauh pergi untuk kembali ke rumah yang harusnya dia tempati. Jika bagimu gebetanmu adalah jalan pulang yang tepat, silakan lakukan dan jalani sebisamu, sebelum pada akhirnya kamu menyadari aku adalah jalan pulang yang harusnya sejak dulu kamu ikuti.
Nikmati rumahmu hari ini, sebelum pada akhirnya kamu menyesal dan menyadari, bahwa hanya aku rumahmu untuk kembali.

Senin, 17 Oktober 2016

Aku Pernah | Akhbrmrf :')

Harusnya aku tak menaruh apa-apa di matamu. Karena kini begitu sakit rasanya saat menatap kembali. Ada rindu yang dari dulu belum sempat kusudahi, tapi kau segera membawanya pergi. Juga hati yang kau rebut paksa untuk menyudahi janji. Sebelum kita benar-benar menepati.

Harusnya aku tak jatuhkan rasa kepada bibirmu. Karena kini begitu pilu mendengarkan potongan kalimat selamat tinggal untukku. Dengan mudahnya kau lumatkan luka di dada. Tak ada lagi manis manja kata rindu. Yang kau katakan segeralah lupakan aku. Apa kau tak pernah berpikir, bibir manis itu pernah membuatku merasa semuanya tak akan pernah berakhir. Tapi nyatanya kini perpisahan  kau sebut takdir.

Aku tak bermaksud menyalahkan kau yang mengingkari janji. Juga tak mau mengatakan semua luka adalah ulahmu. Hanya saja, setumpuk perih masih saja tersisa. Hingga saat aku tak bisa lagi menemuimu, pedihnya belum juga mereda.

Namun pada akhirnya aku pun harus mengerti. Mencintaimu adalah keputusan yang tak perlu ku sesali. Bagaimana pun aku pernah merasa hangat pelukmu. Pernah mengecup lembut bibirmu. Juga lelaki yang menenangkan sedu sedanmu. Hanya saja, mungkin alam memang tak pernah sepakat untuk kita terus bersama. Biarlah luka ini tetap ku bawa, entah sampai di ujung jalan mana. Entah sampai malam keberapa. Jika kau bahagia, harusnya aku juga bisa bahagia.

Rabu, 05 Oktober 2016

Salahkah jika aku berharap kepada dirimu lagi? | Akhbrmrf :')

“kamu pergi ketika saya sudah sangat nyaman bersamamu, kamu lari
     ketika saya sudah sangat mencintaimu, Kamu menghilang tanpa
bilang-bilang, sementara aku yang terlanjur mencintaimu hanya bisa
      berharap Tuhan membuatmu sadar. Bahwa di sini ada aku yang
                mendoakanmu tanpa henti”. –akhbrmrf

Aku duduk di warung kecil tempat pertama kali aku memandangi dirimu. Dilangit Jakarta yang sedang hujan, aku menenguk mizone lemon tea yang dingin.  Ada kehampaan di sini yang aku rasakan karena tidak ada kamu yang duduk di sampingku. Dan, suara Marcell tidak menjadi penenang bagiku. Lagu firasat mengalun di telinga, menjalar ke hatiku, kemudian membuat dadaku sesak.

Aku ingat saat pertama kali bertemu denganmu di sini, setelah bertemu kita saling melontarkan cerita hidup yang berbeda dan saling memberi saran. Dan, tanpa sengaja aku memandangi wajah cantikmu dengan seksama. Seolah-olah pikiran ku sedang di hantui dengan paras wajahmu itu, aku terdiam tanpa kata.

Setelah malam itu, kamu menjelma menjadi wanita yang pesannya selalu aku tunggu. Aku menunggu kesibukanmu usai agar kita bisa berkomunikasi, dan agar rasa rindu yang penuh di dadaku bisa sedikit mengecil atau mereda. Tapi, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak merindukanmu. Rasa itu semakin membungkamku ketika aku sedang menulis cerita-cerita lainnya. Kamu mengirimku sebuah nyanyian melalu voice note. Meskipun saat itu aku berada sangat jauh denganmu, namun kurasakan napas dan dirimu selalu mengikutiku.

Sepulang dari tempat nongkrong, kita memutuskan untuk bertemu kembali pada pertemuan kedua. Aku membawa rasa rindu yang menggebu di dadaku, tetapi kamu datang membawa kabar buruk untukku. Beberapa detik kemudian, kamu mulai menceritakan kisah hidupmu, hingga pada akhirnya kamu menceritakan bahwa kamu masih mencintai mantanmu itu. Tahukah kamu apa yang kurasakan pada saat itu? Rasanya aku ingin meledak, pergi meninggalkanmu, dan aku merasa marah pada diriku sendiri.

Selama kedekatan kita, kamu memang tidak member status hubungan apapun. Aku pun tidak memaksakan agar kita segera memiliki status, tapi mengapa aku marah ketika tahu kamu masih mencintai mantanmu? Kemudian aku menunduk kebawah dengan mataku yang berair. Namun, mengapa aku tidak bisa melepaskan dirimu yang itu pada diriku? Dirimu yang bukan hakku, dirimu yang bukan milikku. Dalam hatiku, aku menangis sejadi-jadinya. Rasanya sangat tidak adil, aku sedang berada pada puncak sangat mencintaimu, dan kenyataan yang kau bicarakan itu benar-benar telah menghancurkan mimpi-mimpi megah yang telah aku bangun.

Aku sudah membayangkan suatu hari akan mengenalkanmu pada ibuku. Aku sudah berharap bisa membawa namamu ke dalam tulis-tulisanku nanti. Aku sudah membayangkan bahagianya bisa berada dalam status hubungan yang spesial bersamamu. Aku membayangkan setiap hari berpelukan denganmu. Aku membayangkan bisa merangkul tanganmu dengan mesra. Kamu sudah membuatku terbiasa dengan sikapmu, rasa humoris yang selalu kau tunjukan padaku, dengan keliaran menyenangkan yang hanya kita ketahui berdua, dengan segala hal bodoh yang membuat aku bisa menjadi diriku sendiri ketika bersamamu, namun mengapa kau justru pergi ketika kamu telah membuatku sangat terbiasa pada kebahagian akan hadirmu?

Hingga hari ini, aku masih merasa semua tidak adil. Rasa kekhawatiranku masih terus begejolak, dan juga rasa kekecewaan aku. Dengan alasan kamu tidak ingin membohongiku dan menyakitiku terlal jauh. Tapi, sebagai yang bukan siapa-siapa, memang aku tidak berhak melarang apa-apa. Bagaimana mungkin aku begitu mudah terjebak pada segala perlakuan manismu, ketika aku pada akhirnya tahu –kamu sudah lebih dulu mencintai orang lain yaitu mantanmu.

Andai kau tahu, aku masih mencintaimu sedalam ketika aku pertama kali bertemu. Aku masih mencintaimu, sekuat ketika pertama kali kamu menghancurkan hati ini. Aku masih mencintaimu, bahkan ketika kamu memilih pergi dari hidupku dengan alasan aku hanya sahabatmu saja.

Aku merasa sangat kehilangan, meskipun kamu tidak merasakan apa-apa. Aku merasa takut kehilangan, meskipun kamu bukan milikku. Aku merasa kehilangan, kehilangan harapan yang telah susah payah kubangun untukmu.

Kembalilah padaku ketika kamu bosan berjuang demi mantanmu. Aku akan tetap sebodoh ini, mencintaimu tanpa mengemis status dan kejelasan hubungan kita. Kembalilah padaku, jika dia tak bisa memberikan kebahagiaan dan peluk yang cukup hangat untukmu. Aku akan tetap jadi pria yang bodoh, yang merindukanmu dalam dia dan kesunyian. Kembalilah padaku, jika mantanmu tidak bisa menjaga perasaanmu. Karena aku akan tetap di sini, tetap menunggumu di belakang sini, tetap menjadi akhbar yang tolol yang menunggu kamu pulang.


Untukmu,
yang tidak akan pernah tahu,
dan tidak mau tahu,
siapa yang paling tersiksa,
dalam hubungan ini.

Selasa, 27 September 2016

Bolehkah aku berhenti memperjuangkanmu? | Akhbrmrf :')

Tidak ada yang menyenangkan berjalan dalam bayang-bayang, namun bayang-bayangmu memberiku banyak arti, dan selalu berhasil membuatku memutuskan untuk berjalan lagi. Aku begitu tahu, mencintaimu adalah sebuah kesalahan, tetapi berkali-kali kamu meyakinkan, bahwa bukan aku penyebab dari segala kehancuran. Lalu, kamu memintaku kembali dalam hidupmu, dengan label sahabat. Haruskah aku bilang, bahwa semua sikapmu membuat aku sedikit muak? Kita pernah di tahap lebih dari sahabat, lalu kaumemintaku meneruskan hubungan denganmu sebagai sahabat biasa.

Aku menggelengkan kepala dan sibuk menahan air mata. Karena semua yang kulihat selalu membuatku ingat. Kamu membekas dalam otakku dan aku juga makin tak mengerti cara untuk mengusirmu dari hatiku. Kulewati jalan-jalan panjang yang kita lewati berdua. Dan, yang muncul di kepalaku, hanyalah wajahmu yang tersenyum, yang aku lihat di spion sepeda motormu. Betapa kebahagiaam bagiku begitu sederhana, memelukmu erat di atas sepeda motormu, dan mendengarmu bercerita tentang apapun. 

Kamu ingat? Kamu bercerita mengenai apartemen yang akan dibangun di sekitar rumahmu, masterplan yang kautolak karena daerah itu tidak bagus untuk dijadikan apartemen. Aku melihatmu dari kaca spion, memelukmu erat seakan tak ada lagi hari esok, dan kamu terus merancau dengan nada sebal. Aku jatuh cinta pada caramu mengungkapkan pendapatmu, aku jatuh cinta pada caramu menatapku dengan tatapan tidak biasa, dan aku jatuh cinta setiap kali kamu tersenyum ke arahku-- sementara aku tidak mampu menyembunyikan betapa rasa cinta di dadaku kian hari kian membesar.

Perasaan ini semakin sulit untuk dipertanggungjawabkan, terutama ketika kamu sering menghilang karena berbagai alasan. Dan, aku hanya mampu menunggu dengan sabar, menatap ponsel dengan penuh harap, berharap kamu menghubungiku untuk mengajakku bertemu. Tapi, kamu tidak pernah ada, kamu tidak pernah hadir dalam hari-hari saat aku membutuhkanmu. Aku mengerti, tidak bisa aku menuntutmu segalanya, karena perempuan yang kausembunyikan ini tidak berhak untuk mengatur dan meminta apapun darimu. Namun, salahkah jika aku ingin, suatu hari nanti, aku punya hak, punya otoritas, untuk terus bersamamu? Mungkin ini gila, tapi tidak bertemu denganmu, kemudian hanya bisa memendam rindu yang membesar bisa juga membuatku merasa gila.

Sungguh, aku tidak memintamu lebih dari waktu yang bisa kamu berikan untukku. Karena aku juga paham, waktumu sudah cukup tersita dengan pekerjaan juga dengan gadis pilihanmu. Sebagai yang bukan pilihan, aku hanya mampu menatapmu dengan sabar, hingga waktu yang tepat datang, agar aku bisa memelukmu walau sesaat. Semua waktu kita, walaupun singkat, adalah waktu yang sangat berharga bagiku. Kamu tidak tahu luka yang ada saat aku memelukmu dengan erat, pelukan yang mungkin terasa begitu berlebihan. Kamu tidak tahu, rasa sakit hati yang ada, saat kita berpelukan namun kamu sibuk bercerita tentang kekasihmu. Kamu tidak tahu, saat pertama kali kamu bilang sudah punya kekasih, dan saat itu juga aku menangis sejadi-jadinya dalam pelukmu, bisakah kamu tebak apa yang ada dalam benakku? Aku merasa kamu adalah the one, sementara kamu hanya menganggapku selingkuhan.

Saat aku menangis, kamu berusaha menenangkanku, dan ada kebingungan yang nampak jelas di wajahmu. Kamu memintaku untuk berhenti menangis, namun air mataku sulit diajak kompromi. Air mataku jauh lebih memahami apa yang terjadi di dalam hatiku, sementara kamu tidak pernah paham apa yang sebenarkan aku rasakan. Pelukmu, kala itu, lebih menyakitkan daripada perpisahan apapun. Yang paling menyakitkan bagiku adalah saat kamu mengaku sangat mencintaiku, tetapi kamu tidak mungkin meninggalkan kekasihmu. Jika memang kamu sudah berdua, mengapa kamu memelukku, mengecupku, menahanku pergi seakan hanya akulah satu-satunya yang kamu miliki?

Luka itu semakin meluas, saat aku berusaha melupakanmu, namun kamu pada akhirnya selalu punya tempat di hatiku. Kamu selalu ada di tempat yang secara sukarela aku sediakan, dan aku berikan hatiku yang utuh untuk kamu patahkan berkali-kali. Semakin aku jatuh cinta padamu, semakin aku menyadari bahwa kamu tidak akan mungkin aku miliki. Bahkan, aku tidak tahu, status kita ini bisa dinamakan apa. Kamu punya kekasih, tetapi kamu sangat mencintaiku dan tidak ingin meninggalkanku, lebih anehnya lagi-- kamu tidak ingin aku pergi dari hidupmu.

Bisakah kaumembayangkan rasanya jadi aku? Yang harus terus mengalah, yang harus terus menyembunyikan air mata, yang harus bersedia disakiti berkali-kali, yang harus menutup mulutnya agar tidak mengeluh, yang kelak akan dibenci temanmu, dan segala rasa sakit yang aku rasakan-- hanya demi memperjuangkan dan mempertahankanmu? Terlalu banyak ketidakadilan yang kurasakan. Terlalu banyak kesesakan dan rasa bersalah yang menghantuiku. Aku sangat mencintaimu, sungguh, dan mengetahui tubuhmu tidak hanya dipeluk olehku adalah patah hati terbesar yang sulit dijelaskan kata-kata.

Kaumemintaku untuk menyembunyikan segalanya. Kamu ingin aku tidak terlihat seperti jatuh cinta padamu. Kamu mengaturku sesuai yang kamu mau. Hanya karena kamu tahu aku sangat mencintaimu, lalu kamu menginjak-injak perasaanku seakan mengerti bahwa aku tidak mampu melawan. Ingin rasanya aku menatapmu, dengan sisa-sisa air mata yang masih aku miliki, memberitahu seberapa dalam luka yang aku rasakan, agar kamu mulai berhenti menyakitiku.

Sayang, kamu tentu tidak akan mengerti seberapa dalam luka hati yang aku rasakan. Setiap pelukanmu, setiap kecupmu, setiap kata dari bibirmu, setiap ucapan cinta darimu, selalu berhasil membuatku memaafkanmu. Kamulah iblis yang terlihat malaikat di mataku. Kamulah penjahat yang aku bela mati-matian. Kamulah tersangka yang rela aku sembunyikan. Hingga pada akhirnya mungkin kekasihmu akan tahu dan menuduhku pecundang. Padahal, kamu tahu betul, siapa yang paling hiperaktif dalam perkenalan kita. Bukan aku. Bukan kamu. Tapi, takdir yang menggariskan kita untuk bertemu dan saling memandang. Apakah cinta tetap benar, jika dia datang di waktu yang tidak tepat?

Koko, kamu tahu seberapa besar perasaan yang aku miliki, kamu juga tahu siapa yang paling mencintaimu di sini. Lalu, jika kautahu cintaku lebih besar daripada cinta kekasihmu padamu, mengapa tetap harus aku yang mengalah? Jika kaumengerti perjuanganku untuk mempertahankanmu jauh lebih besar daripada perjuangan kekasihmu mempertahanmu, mengapa harus aku lagi yang kausembunyikan dari sorotan mata dunia? 

Yang membuat aku sedih bukan karena aku tidak memelukmu berhari-hari, namun yang membuatku sedih adalah mengapa aku tidak pernah diberi kesempatan untuk memperjuangkanmu lebih jauh lagi? Yang membuatku terluka bukan karena kamu lebih dulu punya kekasih, namun yang membuatku semakin terluka adalah kamu tidak pernah mengaku pada siapapun bahwa aku hadir dalam hidupmu. Aku tidak pernah bersedih terlalu banyak jika kita tak bertemu. Aku juga tidak marah jika harus kehilangan kamu terus. Namun, sadarkah kamu, ada perempuan yang selalu mengalah di sini, hanya untuk si tolol yang begitu dia cintai?

Beri aku kesempatan untuk berpindah, jika kamu tidak megharapkan aku dalam hidupmu. Jangan meminta aku tetap tinggal, jika pada akhirnya justru kamu yang meninggalkanku.


Untuk kamu yang menawarkan,
segala macam bualan,
yang kupikir cinta.

Senin, 19 September 2016

Yang aku perjuangkan, Yang kau abaikan :') | Akhbrmrf.


Setiap orang punya kisahnya masing-masing. Dalam kisahnya, ia harus berjuang, berdiam dan menunggu pun juga adalah bagian dari perjuangan. Menunggu. Itulah yang selama ini kulakukan, sebagai wujud dari perasaanku yang entah mengapa masih ingin memperjuangkamu.

Aku tahu, setiap malamku selalu kuisi dengan kenangan dan ingatan. Kenyataan yang kuterima, kutak ada disampingku, entah untuk menenangkan sedihku dan merangkul kesepianku. Dengan sikapmu yang tidak peka seperti itu, mengapa aku masih ingin memperjuangmu? Aku tak tahu, jadi jangan tanyakan padaku mengapa aku juga bisa mencintaimu dengan cinta yang tak benar-benar kupahami. 
 
Ketika suaramu mengalir di ujung telpon, ada perasaan rindu yang tidak benar-benar aku ungkapkan. Rindu yang kudiamkan, terlalu sibuk dalam penantian hingga berakhir pada air mata. Apakah kau tahu hal itu? Tentu tidak, kau tidak memedulikanku sedalam aku memedulikanmu. Tak ada cinta di matamu, sedalam cinta yang ku punya, aku masih ingin mempertahankan “kita” yang sebenarnya membuahkan sakit bagiku.

Kekhawatiranku, yang tak pernah kuceritakan padamu, tentu tak pernah kau pikirkan. Doaku yang kusebutkan tentu tak seperti doa yang selalu kamu ucapkan. Perbedaan ini sungguh membuatku seakan tak mengerti apa-apa. Ketakutanku membungkam segalanya. Apakah kamu pantas diperjuangkan sejauh ini? Akankah kebersamaan kita punya akhir bahagia?

Aku takut… aku takut dengan banyak hal yang diam-diam menyerang kita dari belakang. Kebersamaan kita, yang memang tak berjalan dengan mudah ini cukup membuatku lelah. Aku ingin berhenti memperjuangkanm. Aku lelah dihantui kabut hitam yang menodai pencarianku selama ini. Aku inginkan matahari, bukan mendung seperti ini.

Dimana kamu ketika aku inginkan kamu disini? Kemana larinya kamu ketika aku berjuang untuk satu-satunya mahluk yang ku piker bisa memberiku kebahagiaan nyata? Sering kali kumaafkan ketidakhadiranmu, seringkali ku maklumi kesalahanmu, dan selalu ku berikan senyum terbaik ketika sesungguhnya aku ini menangis.
Ini semua perjuangku untuk mempertahanmu, apakah sudah cukup menghilangkan ketidakpekaanmu? Inilah perjuangku, yang selama ini selalu kau abaikan. Apakah hatimu sedikit tersentuh, hingga kau ingin datang membawaku pulang?

Minggu, 31 Juli 2016

Puisi-puisi cinta | Akhbrmrf :') .

Sebelumnya gue pengen berbagi cerita melalui puisi-puisi yang mungkin bisa bikin para pecandu luka jadi bahagia..








Sekian dari puisi-puisi gue, semoga puisi yang gue bikin bisa membuat hati para pencandu luka bisa lebih bahagia dan tak lagi menangis bersedu-sedu.. Salam Rindu dari gue penulis amatir. 

Sabtu, 23 Juli 2016

Kata Romantis Patah Hati Wira Nagara #DistilasiAlkena 



Kenal dengan sosok Wira Nagara? Komika asal Purwokerto (aslinya tapi Banjarnegara) ini adalah jebolan Stand Up Comedy Indonesia (SUCI 5) akhir-akhir ini telah membuat sebuah buku dimana isinya merupakan sajak-sajak atau kalimat-kalimat atau kata-kata romantis buat orang yang sedang patah hati tentunya sesuai dengan materi yang sering dibawakannya saat sedang Stand Up.

Saya sendiri sebagai 'wong' asli purwokerto sangat suka dengan materi-materi atau tulisan-tulisan yang dibawakan Wira Nagara. Nah, dalam postingan saya akan membagikan beberapa kata-kata romantis patah hati Wira Nagara yang mana sudah terangkum di bukunya yang berjudul "Distilasi Alkena" di bawah ini:

  • Denganmu, jatuh cinta adalah patah hati paling sengaja.
  • Pahit akan tetap ada, karna manis tak selamanya setia
  • Kesalahanku, isi doaku tak pernah selain namamu!
  • Singgahlah sejenak, aku tengah merupa senja. Tertangkap matamu saja sudah cukup, tak perlu kau simpan, kelak aku akan tenggelam
  • Kumpulan cerita yang terbingkai indah dalam barisan kata.
  • Tersarung antara nikmat dan lara, lalu terhempas ke tanda tanya.
  • Selamat pagi, kau yang akhirnya aku kenang lagi
  • Sebegitu cepat kau menyayangiku, apakah sebegitu cepat juga kau melupakanku
  • Bukan kehilangan yang kita sesali, tapi terlupakan begitu cepatlah yang kita tangisi
  • Sebelum hadirnya kata kenyamanan pastikan itu cinta bukan cuma penasaran belaka.
  • Sebab kita sering melihat hati hati yang patah sebelum cinta benar benar merekah.semua itu berujung pada saling menyalahkan dan saling mencaci satu sama lain.
  • Hingga akhirnya tak ada ada lagi saling sapa akibat kegagalan menanggapi rasa.
  • Jatuh cinta tak pernah bisa di katakan biasa. Ada rindu yang jatuh di terik sepi yang lupa berteduh. Ada bosan yang selalu bertolak di tiap angan yang begitu menginginkan. Serta, ada sakit yang tak pernah membekas di tiap hati yang selalu ikhlas

Sabtu, 16 Juli 2016

Kumpulan sajak dan materi stand up wiranagara

Wira Setianagara atau biasa dipanggil Wiranagara adalah komika yang berasal dari Purwokerto yang berhasil menjadi finalis SUCI 5, walaupun akhirnya tereliminasi pada babak 10 besar. Wira memiliki ciri khas yang tidak dimiliki komika lain, yaitu bersajak dan berkata-kata puitis dalam materi stand up comedynya. Dalam postingan kali ini saya akan menuliskan beberapa sajak dan kata-kata puitis yang dibawakan oleh wira ketika melakukan stand up comedy.

Sebelumnya selamat malam, terutama buat kalian-kalian semua yang jarang diucapin selamat malam

Selamat malam Usmar Ismail
Dengan rindumu yang masih saja menyempil
Itu rindu apa upil

Selamat malam BALAI KARTINI
Banyak dibelai namun kau tak mengerti hati ini

Selamat malam Balai Kartini
Dan semua penyesalan yang masih tersisa di sini
Sakitnya juga di sini
Semua perih perih juga tersisa di sini
Di sini, di sini, kenapa?
Karena di situ kadang saya merasa sedih

Selamat malam pecinta dangdut
Hati meradang jiwa tersundut

Selamat malam Balai kartini
Terimakasih buat kalian yang dukung aku
Sehingga aku bisa berdiri kembali di sini

Saya itu paling ngga konsisten terutama tentang hobi
Dari kecil saya suka banget main layangan
Tapi gedenya ganti
Karena akhirnya aku tau sakitnya ditarik ulur…

Terus aku ganti lagi hobi
Setelah layangan aku mancing
Tapi akhirnya aku males
Karena akhirnya aku tau lelahnya menunggu…

Kemudian aku ganti lagi hobi
Sekarang musim hujan pas banget
Hobiku adalah ngangkatin jemuran
Kenapa? Karena akhirnya aku tau sakitnya digantungin…

Mitos itu bagai puisi
Menarik tapi sulit dimengerti
Kadang diceritakan hanya untuk menimbulkan halusinasi dan juga ilusi
Tapi tak masalah karena mitos hari ini kita bisa berkomunikasi

Aku hubungin dia pake TELEPATI
Telekomunikasi lewat perantara hati

Di acara dangdut tuh aku ngga bisa goyang ngga bisa nari
Gimana aku bisa goyang jika masa lalu masih menari-nari di pikiranku

Sebenernya saya mau mengajarkan menggambar
Tapi setajam saya menggoreskan warna
Sekejam itu dia goreskan luka

Kenapa semen sama pasirnya ngga dicapur pak?
Ya karena aku terlalu percaya cinta bisa menyatukan semuanya

Drama, panggung sandiwara
Dan air mata yang masih saja mendera

Untuk menolak penyakit aku tuh olahraga
Olahraga pertama lari, lari dari kenyataan
Panjat tebing, memanjat bukit harapan yang terlalu tinggi
Kemudian fitness biar kuat, biar kuat liat dia bahagia sama orang lain

Dasar semua cowo tuh semuanya kaya pisang
Punya jantung tapi ngga punya hati

Dia itu ngga bisa denger irama-irama dangdut
Karena yang dia denger cuma nada-nada perpisahan

Loh kok gambarnya kosong?
Karena indah wajahnya cerah senyumnya tak bisa terlukiskan oleh apapun

Mie ayamnya ada pak?
Habis mas
Baksonya ada?
Habis mas
Loh yang tersisa apa pak?
Yang tersisa cuma penyesalan

Gelap banget, aku takut
Jangan takut akan gelap
Percayalah cinta akan menerangi segalanya
Aku suka kamu, dia diem
Aku sayang sama kau, dia diem
Aku tuh cinta sama kamu, dia diem
Diem, diem, diem-diem nikah sama orang lain


Sayang jangan lupa makan ya
Emang kenapa kalo aku ngga makan
Ya nanti kamu sakit
Kalo aku sakit kenapa emang?
Ya kalo kamu sakit, yang nyakitin aku siapa?

Aku tuh ngga suka pake alas kaki
Kenapa?
Buat apa aku pake alas kaki kalau kau tak punya alas an untuk kita melangkah lagi

Aku nyalain rokok tapi aku tempelin aja ke dada
Sorry, aku menyalakannya dengan api cemburu

Ada yang lebih bahaya dari gendang dangdut
Gendang telinga tanpa sekalipun mendengar kabar darinya

Liat saya nih mas, perut saya buncit
Terlalu banyak menelan derita dan rasa sakit

Brewok aku ngga pernah aku cukur
Karena aku percaya sesuatu yang tumbuh kembali, rasanya tak lagi sama

Rukiyah aku pak
Biar aku bisa memuntahkan rasa
Yang selama ini bersemayam menjadi dosa

Selamat alam SAMPURNA UNIVERSITY
Dan kau yang begitu sempurna dalam hal menyakiti

Tau BANJARNEGARA ?
Banyak janji kau umbar namun kau pergi tampa bicara

RADEN SALEH
Rindu mengalir di nadi dan kau tetap tak menoleh

TEMANGGUNG
Temen tapi nanggung

PURWOKERTO
Pura-pura legowo liat kenangan yang terpampang di foto

KEDOKTERAN
Kedok teman ternyata pacaran

BISNIS
Bisikan penuh tangis

AKUNTANSI
Aku mantan yang tak perlu kau tangisi

Tau MENCANGKUL ?
Menatap cinta dalam rangkul

Skripsiku itu tentang JAMBU BIJI
Janjimu busuk bikin jiji


SMA DELAPAN BEKASI
Derap langkah tanpa harapan bekas kenangan yang ada di sisi

PURBALINGGA
Pura-pura bahagia melihat kau berpaling dan berkeluarga

Aku pake helm biar terlindungi
Biar terlindungi dari benturan masa lalu

Cinta tuh kaya pelajaran dan rumus-rumus matematika
Tiap hari kita pelajari
Tapi tiap hari juga kita ngga ngerti-ngerti

Jika rupa yang selalu membuatmu jatuh cinta
Bagaimana kau bisa mencintai Tuhan yang tanpa rupa

Aku tuh kaya selebaran iklan sedot WC di pinggir jalan
Ada tapi ngga pernah dihiraukan
Penting, tapi ngga pernah bikin bahagiamu mengiring

Selalu ada warung pecel
Untuk hati hati yang ditinggal dan kesel

Kalo kalian nanti disepik sama senior
Kalo digodain sama senior, sante aja
Terima aja cintanya setelah itu patahkan hatinya segera

Loh kok tehnya hambar?
Iya teh ini akan selamanya hambar sebelum tercelup senyumanmu

Sejatinya tiap hati itu cuma butuh tertawa
Pihak yang terluka juga
Kenapa? Karena patah hati juga layak bahagia

Selamat malam Balai Kartini
Selamat datang di SUCI 5 dalam reuni
Terimakasih atas tawa dan bahagia yang tercipta karena panggung ini
Dari awal audisi sampai satu per satu tereliminasi
Dari ribuan peserta
Sampai tinggal tersisa tiga saja
Berjuang tiap hari hadirkan tawa
Tepiskan semua perih-perih yang ada
Percayalah sebenarnya kami tak sekuat itu
Percayalah sebenarnya kami tak sehebat itu
Sebab, selalu ada hati yang miris
Di balik orang-orang humoris


Sekian post saya kali ini tentang sajak dan materi stand up Wiranagara, silahkan tinggalkan komentar di bawah. Terimakasih.