Sabtu, 07 Januari 2017

Setelah Patah Hati



Satu rahasiaku yang mungkin saja kamu tak pernah tahu. Atau, kamu memang tidak pernah peduli akan semua itu. Setelah patah hati, aku harus melalui banyak hal untuk bisa berdiri kembali. Aku harus melalui fase-fase sulit, ketika kenangan terasa begitu sakit. Semua hal yang kutemui selalu saja mengingatkan padamu. Rasanya ingin berlari sejauh mungkin, tetapi di tempat paling paling jauh pun tetap saja kamu yang kuingin. Ingatan itu menggerogoti dadaku. Mengantarkan aku kepada perasaan paling pilu. Berat rasanya menjalani semua itu sendiri. Namun, yang aku lakukan tetap mencoba mamapah diri. Agar jatuhku tidak membuat rapuh yang membunuhku.

Setelah patah hati, begitu susah rasanya untuk bisa tersenyum sendiri. Aku memilih melarikan diri pada hal-hal yang bukan aku. Aku menangis sejadi-jadinya. Berharap dengan menangis perasaan luka itu lega. Namun, yang terasa tetap saja sakitnya. Aku mencari kontak-kontak orang yang bisa kuajak bicara di handphone-ku. Jahat memang, menjadikan orang lain sebagia pelampiasan sedihku. Namun, hanya itu yang bisa kulakukan saat itu. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi melenyapkan dalam pikiranku. Menangis sejadi-jadinya belum mampu memulihkan hatiku. Dan ternyata menjadikan orang lain pelampiasan juga tidak berhasil. Aku masih saja merasakan sesaknya terluka.

Sementara di sana kulihat kamu tetap baik-baik saja. Seolah semua yang terjadi bukan hal yang begitu penting, mudah saja bagimu melupakan kita, yang bagiku hal terindah yang aku punya. Kamu bermain-main dengan hidupmu yang baru. Menatapku sejenak, lalu pergi lagi tanpa perasaan bersalah. Kamu tidak mau tahu apa aku masih kuat saat hatiku kamu buat terlalu patah. Aku benci dengan sikapmu seperti itu. Saat aku berjuang sepenuh hati menjauhimu, kamu datang menyapa, lalu pergi kembali. Saat luka itu pelan-pelan mulai reda sakitnya, kamu datang menggoreskan rasa pedihnya lagi.

Setelah sekian lama patah hati. Aku kembali ingin menangis. Kali ini bukan lagi menangis kepergianmu. Aku hanya ingin melihat diriku dalam kesedihan. Betapa menyedihkannya aku dulu saat mempertahankan seseorang yang tak mau diharapkan. Betapa menyedihkannya diriku dulu saat aku ingin membuatmu tetap cintai aku, sementara kamu tetap mencintai orang yang bukan aku. Aku ingin menangis sejadi-jadinya hari ini. Lalu menyadari, setelah patah hati yang terlalu patah itu, aku masih bisa hidup kembali. Aku masih bisa berjalan kembali. Setidaknya, setelah menangis sejadi-jadinya, aku paham satu hal penting. Kamu bukan lagi orang yang bisa menjadi penyebab tangisku. Kini aku menangis untuk menenangkan diriku yang pernah sebodoh itu.